Di salah satu album Ella Fritzgerald, seorang pengiringnya sempat memuji ikon vokal Jazz ini sebagai 'first and foremost jazz musician' karena cerdas dan tanggapnya sang vokalis beradu improvisasi versus alat musik yang tengah mengiringinya. Vokalisasi yang lebur jadi bagian dari keseluruhan musik. Bukan sebagai highlight yang mesti dilayani, bukan pula sebagai pulasan latar belakang.Vokalis semacam yang paling saya suka adalah Boby McFerrin. Musik McFerrin biasa berisi gumam tanpa kata yang disenandungkan bersama alat-alat musik lain. Vokalnya menjelma jadi instrumen tersendiri yang memberi warna tak tergantikan dari keseluruhan musik. Terlahir dari pasangan orang tua yang sama-sama musisi klasik, McFerrin berangkat dari jazz, dilabeli stimmwunder (the magic voice) oleh kritikus musik Jerman yang dikenal nyinyir, untuk kemudian juga meruak merambah dunia musik kamar dan simfoni.
Ada beberapa album McFerrin yang jadi repertoir favorit saya, kerja barengnya dengan The Yellow Jackets dan Chic Corea adalah dua contoh. Namun satu yang paling ‚ringan’ sekaligus ‚cemerlang’ adalah 'Hush' hasil kolaborasinya dengan Yo-Yo Ma. Berisi 13 nomor, di mana vokal McFerrin bersahutan dengan gesekan cello Ma. Album ini benar-benar terasa sebagai hasil kerja yang serius dalam bermain-main. Karena latar belakang klasik kedua pemusiknya, tak mengejutkan bila album ini kemudian banyak diberkati oleh nomor2 besutan Bach dan Vivaldi. Salah satunya adalah Andante from Concerto in D minor nya Vivaldi, piece ini sebenarnya ditujukan buat dua mandolin untuk saling bersahutan. Well, di sini mandolin pertama diambil alih oleh Ma, sementara mandolin kedua ... diisi oleh vokalisasi McFerrin. Hasilnya? Unik!
Suka "The Flight of Bumble bee" nya Rimsky-Korsakov? Mesti coba dengar interpretasi kedua pemusik ini!! Selihai-lihainya alat musik dipetik atau digesek untuk menghasilkan efek buzzing dari lebah madu, tetap saja kalah gereget dibanding liukan vokal seorang McFerrin. Di nomor ini cello Ma bernyanyi solid sementara vokal McFerrin menyenggak di sana-sini menciptakan efek hidup yang susah dicari padanannya. Lain ceritanya dengan Ave Maria nya Bach, di mana senandung a la chanting McFerrin bertindak sebagai penjaga ritme di latar belakang sementara cello Ma berkisah kalem perihal devosi melodius buat bunda Yesus.
Buat saya, nomor paling sedap dari album yang -konon kabarnya- dimaksudkan untuk 'membangunkan anak-anak dalam diri setiap orang dewasa' (demikian McFerrin-Ma dalam introduksi mereka) adalah 'Hush Little Baby'. Nomor tradisional yang dibawakan begitu melebar, playful, carefree. Cello Ma dipetik, digesek, kedengaran juga tepukan, berbagai variasi vokal, suara ketawa ... cuma di lagu ini pula bisa dinikmati McFerrin menyanyi.
Keberanian keduanya untuk bermain-main, untuk dengan serius mencoba jadi nggak serius, punya efek sugestif tersendiri. Memulai pagi dengan kopi fresh roast berteman musik satu ini seolah ada keyakinan sederhana yang lahir dari ketiadaan, mengumpul di tengah diri bak embun di lekuk daun. Sebuah iman bahwa meski setumpuk target dan kewajiban menumpuk sesak di tiap tikungan jam dan menit, semua bakal baik-baik saja hari ini ...
Salah satunya, adalah ketika Chick Corea, die wunderkind, mantan pianis Lionel Hampton yang ramuan tuts keyboard nya ranging dari imajinatif sampai bikin pusing kepala itu (iya lho ... baru setelah denger beberapa album 'eksperimental'nya saya ngaku kalo keyboard ternyata sangat bisa dibikin jadi semembingungkan instrumen tiup di bibir Coltrane) main bareng Friedrich Gulda dan Harnoncourt. Dua pianis yang disebut belakangan itu namanya sering terdengar di belantika musik klasik. Gulda sering tersua kalo lagi nyari CD nya Beethoven, sementara Harnoncourt lebih sering main musik dari jaman baroque. Itu juga kalau nggak salah. Abis gimana, saya kan sebenernya buta musik, cuma ngerti dengerin dan bilang sreg atau nggak ...
Karya lain yang saya suka, adalah Yo Yo Ma playing the music of Astor Piazzola. Menurut sahibul cerita, Astor Piazzolla adalah pendekar bandoneon yang merevitalisasi tango di jagad musik Argentina. Sementara Yo Yo Ma? yang saya tahu sih, cellist kelahiran Paris ini lebih sering saya lihat di cover CD yang mengusung Brahms, Schumann atau Mozart. Tapi pas si bapak berkacamata ini menggesek cellonya demi nama Astor Piazzolla ... wah ... saya seperti diterbangkan begitu saja ke ranah latin dimana gairah bertebaran di udara seperti serbuk bunga.
Menikmati buku-buku Ishiguro bisalah dibayangkan bak berjalan-jalan menikmati taman jalan bercecabang a la Luis Borges. Meski baru dua buku Ishiguro yang sempat mampir di tangan, keduanya bicara dengan langgam yang mirip. Bicara sebagai orang pertama yang menjalani hari-hari musim gugur kehidupan, tokoh-tokoh Ishiguro menemukan diri mereka reminiscing, mengingat berbagai hal yang lewat sudah. Dan dengan memanggil kembali percakapan-percakapan lama, kenangan dan kesan lalu, mereka mendefinisikan harapan-harapan, menemukan keinsyafan-keinsyafan baru.
Keith Jarrett, terlahir di Amerika dari keluarga berakar kuat di Eropa, adalah salah satu pianis yang merambah begitu banyak medan musik. Dibesarkan dalam tradisi piano klasik, Jarrett menulis dan menerbitkan beberapa album solo klasik. Namun namanya -kalau nggak salah- sempat terbawa juga bersama charles Lloyd Quartet, dan setelahnya bersama band nya Miles Davis, sebagai pianis kedua, siapa pianis pertamanya? Yup, the great Chick Corea.